Averaging down merupakan sebuah strategi keuangan dengan cara meningkatkan jumlah investasi pada instrument keuangan atau asset ketika harga investasi tersebut menurun. Sebagai gambarannya adalah misalkan investor membeli saham AALI sebanyak 2 lot pada harga Rp 10.000,-, kemudian setelah beberapa hari kemudian nilai saham AALI turun, misalkan menjadi Rp 9.000,- dan seterusnya.
Jika menggunakan strategi Averaging Down, maka investor tersebut akan menambah jumlah kepemilikan sahamnya pada harga Rp 9.000,- dan seterusnya dengan harapan bahwa harga akan naik di kemudian hari. Keuntungan dari strategi ini adalah bahwa harga rata-rata akumulasi nilainya lebih rendah dibanding nilai awal pembelian.
Investor yang sering menggunakan strategi semacam ini biasanya adalah investor jangka panjang. Contoh investor seperti ini adalah Warren Buffet. Mengapa jangka panjang??? Karena asumsi yang digunakan pada strategi ini adalah bahwa harga akan mengalami rebound, sehingga keuntungan berganda akan menjadi miliknya. Sehingga strategi semacam ini efektif jika memang benar harga saham atau investasi akan mengalami rebound atau pembalikan.
Kelemahan dari strategi ini adalah menggunakannya asumsi bahwa harga akan mengalami rebound. Selain itu, bahwa strategi ini cocok digunakan pada investasi jangka panjang. Gambaran kelemahan strategi ini adalah sebagai berikut (dikutip dari obrolan temen-temen):
Seorang investor di posisi awalnya (belum ada portfolio) membeli saham AALI dan ternyata harganya mengalami penurunan. Gambaran jika menggunakan Averaging Down, maka investor akan membeli saham AALI kembali pada tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya, sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa investor tersebut hanya memiliki satu saham saja, yaitu AALI, jika memang asumsi AD (Averaging Down) benar, bahwa harga akan mengalami rebound, maka investor tersebut sangatlah beruntung sekali.
Akan tetapi, apabila pada kenyataanya harga saham AALI terus menerus mengalami penurunan, maka semua dana yang dimiliki investor penganut strategi AD akan terbenam bersamaan dengan terbenamnya harga sahamnya, karena dia tidak memiliki portfolio.
Seorang rekan bernama Bapak Poltak pernah menambahkan alasan yang menunjukkan kelemahan AD, seperti ini beliau pernah mengatakannya: apabila investor penganut AD sudah terjebak dananya di satu saham seperti ilustrasi di atas, dan ternyata apabila penurunan saham tersebut juga melibatkan aspek fundamentalnya, apalagi perusahaan sampai bangkrut, maka celakalah investor tersebut.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment